Friday, January 2, 2015

Media Massa dan Kegemaran Berpikir Bangsa Indonesia


Saya menemukan gambar menarik di Facebook seperti ini. Settingannya adalah kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura.



Menarik, karena di sini kita bisa bertanya: mengapa perbedaan kualitas pertanyaan bisa terjadi seperti ini? Saya menduga ini disebabkan oleh perbedaan cara berpikir (kalau tidak mau dikatakan level pendidikan) antara audience CNN dengan audience kebanyakan televisi nasional Indonesia.

Terkait dengan level pendidikan audience, pertanyaan selanjutnya adalah apakah televisi nasional Indonesia, atau lebih umum lagi, media massa Indonesia, seharusnya melakukan pendidikan publik, atau mengikuti level pendidikan publik dalam menyajikan berita? Dari sisi potensi media massa untuk mempengaruhi opini publik, fungsi pendidikan ini masuk akal dibebankan kepada mereka. Tapi di sisi lain, media massa mempunyai aspek bisnis, di mana hukumnya adalah: semakin mengikuti selera pasar, keuntungan sebesar-besarnya semakin dapat diraih.

Ada satu fakta tambahan: media massa Indonesia cenderung menyajikan informasi-informasi yang tidak mendidik, mewawancarai orang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak intelek. Kenapa begitu dan kenapa informasi-informasi tersebut lebih disukai audience-nya? Logika bisnis di atas memberikan satu kesimpulan, yaitu bahwa publik Indonesia mungkin tidak mau dididik, dan lebih menyukai informasi-informasi yang tidak mendidik.

Berangkat dari kata "mendidik", saya mengkaitkannya dengan "berpikir". Pendidikan jelas mempunyai kaitan jelas dengan proses berpikir. Tidak ada pendidikan tanpa melalui proses berpikir. Artinya apa? Dari kalimat yang terakhir saya bold, saya mempunyai kesimpulan bahwa publik Indonesia mungkin tidak mau berpikir, tidak menyukai proses berpikir, atau menganggap remeh proses berpikir.

Lalu bagaimana dengan alasan klasik bahwa: orang Indonesia sudah capek bekerja, butuh refreshing, sehingga membutuhkan sajian acara-acara TV yang "santai", "tidak serius"? Ini hanya alasan. Proses pendidikan bisa kok dilakukan dengan cara santai. Lihat acara Upin-Ipin! Berkali-kali saya perhatikan, acara ini sarat muatan pendidikan, disajikan dengan santai, gaya anak-anak, tapi layak ditonton orang dewasa sekalipun.

Jangan-jangan, kegemaran berpikir adalah sesuatu yang hilang dari bangsa Indonesia. Gawat!

No comments:

Post a Comment