Friday, January 2, 2015

Bobby Fischer, lebih dari sekedar strategi catur

Waktu SD, saya punya hobby main catur. Sebenarnya sampai sekarang pun saya masih bisa main catur, meskipun intensitasnya tidak sesering dulu. Mungkin karena dulu saya menempuh SD di Medan. Saya ingat waktu itu buku-buku catur banyak dijual di toko-toko buku besar seperti Gramedia. Sempat pula saya beli buku catur "Aaron Nimzovich" (2 seri), juara dunia catur tahun 1927 kalau tidak salah. Permainannya menurut saya agak menjemukan, karena seringkali karakter Nimzovich ini tidak suka main open play.

Berbagai buku catur seperti Karpov dan Kasparov juga pernah saya beli. Tapi pada akhirnya saya "jatuh cinita" pada gaya permainan Robert James "Bobby" Fischer. Alasan awalnya simple: banyak partai-partainya yang berakhir cepat (di bawah 20 langkah). Apakah lawannya memang kacangan, itu awalnya pertanyaan saya. Saya pikir tidak juga. Beberapa partai cepatnya dilakukan di ajang kejuaraan nasional Amerika Serikat dan internasional.

Kenapa Fischer bisa memainkan permainan yang berakhir cepat?

Lama sekali saya merenungkan ini, akhirnya saya punya satu jawaban: Fischer tidak peduli "sehancur" apa formasinya, asalkan serangannya fokus kepada checkmating raja lawan. Ini menarik, dan tentu saja, ini sangat engineering. Bagaimanapun, tujuan akhir sebuah permainan catur adalah mencapai checkmate. Dan Fischer secara jelas mengimplementasikannya.

Ini berbeda dengan gaya Karpov, yang merupakan defender handal, atau Kasparov yang penuh kejutan dan unpredictable. Fischer memberikan pelajaran akan pengambilan keputusan yang strategis demi tercapainya sebuah tujuan. Saya tidak tahu apakah gaya Fischer ini sempat menjadi perbincangan di diskusi-diskusi perencanaan strategis di dunia bisnis atau tidak. Namun saya melihat strategi Fischer lebih dari sekedar strategi catur.

Fischer "mengajarkan" kepada kita pentingnya fokus pada pencapaian tujuan tanpa sedikitpun khawatir akan point-point lemah dalam pertahanan. "Mari kita balapan menyerang", kira-kira itulah pesan yang ingin disampaikan. Balapan menyerang, itulah gaya Fischer. Tidak kuatir musuh akan menyerang. Menyerang dan diserang adalah sebuah keniscayaan dalam perang. Yang penting, apakah serangan kita bisa "membunuh" lawan lebih cepat?

No comments:

Post a Comment