Thursday, September 24, 2015

Kegunaan Sekolah di Era Pragmatisme

Menurut Anda, apa gunanya Anda bersekolah?


Saya yakin, kalau Anda ditanya seperti itu, jawaban Anda adalah: untuk menggapai cita-cita, untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dan jawaban lain yang mirip.

Pada tahun 1980-an sampai 1990-an, jawaban tersebut masih relevan, karena paradigma pendidikan saat itu adalah "pendidikan sebagai bekal untuk mendapatkan pekerjaan". Lebih sederhana, bersekolah itu gunanya adalah untuk mendapatkan ijasah untuk lolos tes lamaran kerja.

Paradigma tahun 2000-an ke atas sudah sangat berubah. Menjadi pegawai perlahan-lahan mulai dianggap sebagai sebuah "kehinaan", karena kita harus ikut apa kata atasan. Paradigma pendidikan tahun 2000-an sudah mulai mengarah kepada munculnya enterpreneur, juga banyaknya pekerjaan alternatif selain pekerjaan yang "ijasah-minded", yang pendapatannya dapat lebih besar daripada pekerjaan yang "ijasah-minded" tersebut.

Paradigma berpikir yang baru ini kelihatannya berjalan beriringan dengan cara berpikir pragmatis di kalangan siswa sekolah. Banyak siswa sekolah yang beranggapan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang tidak relevan dengan cita-cita mereka, apalagi cita-cita untuk menjadi enterpreneur, atau pekerjaan-pekerjaan alternatif, seperti misalnya menyanyi, itu tidak perlu mereka ingat-ingat sampai tua.

Lihat saja beberapa liputan di TV yang sering kita lihat tentang bagaimana generasi muda saat ini banyak yang tidak hafal lagu "Indonesia Raya", sebuah lagu yang ketika tahun 1980-an dapat membuat Anda tidak naik kelas jika tidak dapat menyanyikannya :)

Contoh terbaru (September 2015) adalah tweet seorang yang katanya adalah seorang artis ( identitas saya sensor) seperti ini:



                                          



Bukankah ini adalah pengetahuan paling dasar waktu tahun 1980-an sampai 1990-an, yang bisa membuat kita tidak naik kelas kalau tidak tahu? Sudah bisa ditebak, komentar-komentar dari para eks-siswa 1980-an dan 1990-an seperti apa. Akun ini di-bully. "Pengetahuan dasar saja tidak tahu.", "Bego", dan sumpah serapah lainnya. Ya seperti itulah bentuk umpatannya.

Ya, ini sebenarnya adalah situasi yang sangat menyedihkan. Tetapi dari kacamata pragmatisme, ini masuk akal, terutama jika kita mengaitkan urgensi pengetahuan dasar ini terhadap potensi penghasilan di masa depan. Pertanyaan-pertanyaan berikut sering didengungkan di era pragmatisme seperti sekarang ini:

1) Apakah tahu arti Tut Wuri Handayani dengan benar akan membuatmu kaya? 

                        Ternyata tidak. 

2) Apakah fasih menyanyikan lagu "Indonesia Raya" akan membuatmu terkenal? 

                         Tidak juga. 

Lalu apa gunanya kita habiskan space otak untuk hafalan-hafalan seperti itu? Lebih fundamental, apa gunanya kita sekolah kalau apa yang bisa kita raih itu bisa didapat tanpa ilmu-ilmu dari sekolah?

Untuk era pragmatisme ini, jawaban saya simple kok: supaya Anda tidak terlihat bego di pergaulan yang lebih luas, terutama jika Anda seorang public figureTerus terang, lingkungan kerja Anda, apapun pekerjaan Anda, masih diisi dengan orang-orang keluaran pendidikan masa Orde Baru, yang notabene kebanyakan sangat fasih pengetahuan-pengetahuan mendasar seperti itu. Ingat, persepsi kolega dan konsumen kepada Anda sangat penting. Anda dapat kehilangan income ketika persepsi orang terhadap Anda jelek.

Okelah, Anda tidak perlu fasih tentang Hukum Newton atau teori-teori termodinamika. Tetapi jika Anda ketahuan tidak bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya, sementara Anda sudah dari lahir tinggal di Indonesia, dan ternyata Anda punya ijasah S-1, saya akan berpikir: "Anda itu tahunya apa sih?"

Silakan menjadi artis, public figure, pengusaha, atau apapun. Akan tetapi, akan lebih baik jika Anda juga memiliki pengetahuan dasar yang baik untuk dapat menarik simpati kolega-kolega yang berpengaruh ke mata encaharian Anda. Kasihan sekali jika Anda terkenal karena kebegoan Anda. Apalagi jika  pembelaan Anda ketika dibully menjadi selucu ini:




Lha kalo menjadi bego bisa mendatangkan uang banyak, kenapa harus sekolah? Kenapa harus pintar?

Ya kalau itu saya sudah tidak bisa menjawab :)

Silakan menjadi bego, karena menjadi bego itu hak asasi manusia :D

1 comment:

  1. Betway Casino Site 2021 & Promotions
    All you need to know about Betway Casino Online. Betway is the most comprehensive site choegocasino in terms of bonuses, promos, security, security,

    ReplyDelete